Jakarta -- Meski baru tujuh bulan bermain sepakbola di Indonesia, Shahril Ishak mengaku sedikit banyak sudah mengetahui karakter pemain sepakbola Indonesia. Penyerang andalan Medan Chiefs ini menyebut kompetisi di Indonesia sangat keras, beda dengan di Singapura.
"Pemain-pemain di sini sangat agresif dan cepat," kata kapten timnas Singapura ini. Dalam situasi seperti itu, seorang pemain dituntut pandai-pandai menghindar dari sergapan lawan agar tidak sampai cedera.
Apa target Shahril Ishak bersama Medan Chiefs? Siapa pula pemain Indonesia yang menjadi idolanya? Berikut petikan wawancara dengan Shahril Ishak, yang berlangsung di kantor Liga Primer Indonesia (LPI) di The Energy Building, kawsan SCBD, Jakarta, Kamis (31/3).
Sejak kapan Anda menjadi pemain profesional di Indonesia?
Belum lama kok. Baru sekitar tujuh bulan saya bermain di sini. Tim pertama saya adalah Persib. Tapi, di sana saya cuma setengah musim. Setelah itu, saya langsung bergabung dengan Medan Chiefs. Tepatnya sejak Februari lalu. Enak main di sini. Saya suka, karena banyak yang bisa saya pelajari. Termasuk budaya masyarakat setempat.
Apa beda kompetisi di sini dengan di Singapura?
Apa ya? Saya kira sama saja. Tapi kalau melihat karakter pemainnya, memang beda. Di Singapura, tidak ada tackling-tackling keras. Beda sekali dengan di Indonesia. Di sini, pemain seperti saya (striker) harus hati-hati, harus pintar menghindari pemain lawan agar tidak mudah cedera.
Saya pernah jadi korban pelanggaran keras, tapi tidak apa-apa. Itulah sepakbola. Pemain Indonesia juga sangat agresif dan cepat. Meski beberapa kali pernah bermain melawan timnas (Indonesia), tapi saya sempat kaget juga.
Anda merasa cocok bermain di Medan Chiefs?
Ya, saya senang di sini, cocok dengan teman-teman semua. Mereka rajin latihan, semua bertanggung jawab untuk mengangkat prestasi tim. Tim ini punya pemain lokal yang bagus, misalnya Saralim, Risman Maidullah, dan Febrianto Wijaya. Mereka masih muda dan punya potensi menjadi pemain hebat di kemudian hari.
Apa Anda Yakin Medan Chiefs bisa juara LPI?
Saya kira setiap pemain atau tim harus punya target. Tim ini, insya Allah, bisa juara, asalkan setiap pertandingan menghasilkan tiga poin. Tentu tidak mudah, karena kami harus bersaing dengan tim kuat seperti Persebaya 1927, Persema, maupun Semarang United.
Ketiganya punya persiapan matang. Tapi, melawan Semarang United kemarin, kami menang 2-1. Untuk menjadi juara, semua pemain harus bekerja keras. Bukan aku seorang.
Anda punya target jadi topskor LPI?
Ehm.Sebagai penyerang, saya hanya ingin mencetak gol sebanyak mungkin. Saya lebih memikirkan tim daripada ambisi pribadi. Bersama Medan Chiefs, saya telah main sebanyak enam pertandingan, dan mencetak empat gol. Mudah-mudahan itu terus bertambah, tentu atas bantuan teman-teman.
Siapa pemain Indonesia idola Anda?
Kurniawan (Dwi Yulianto), dia pemain hebat. Kami pernah berhadapan saat sama-sama memperkuat timnas pada final Piala AFF 2004. Waktu main di Singapura, kami menang 2-1. Terus di Senayan, kami juga menang 3-1. Singapura akhirnya juara.
Sampai kapan Anda main di Indonesia?
Kalau bisa sampai aku pensiun, gantung sepatu. Saya suka kerja di sini, lebih nyaman dan santai. Setiap habis main away, saya selalu jalan-jalan. Gadis Indonesia cantik-cantik, saya sampai terpesona, ha..ha..ha. Tapi, saya harus pintar-pintar jaga diri. Saya sudah punya istri, Hidayah. Dia tinggal di Singapura.
Waktu masih main di Persib, Bandung, saya suka pergi-pergi kalau habis latihan, belanja pakaian ke distro-distro. Tapi kalau di Medan, saya belum sempat belanja-belanja. Nanti mau tanya ke teman-teman dulu.
Anda masih main untuk timnas Singapura?
Dulu saya dengar kabar begitu, tapi Sekarang, Ternyata, nama saya tetap masuk di timnas. Mereka (FAS/Asosiasi Sepakbola Singapura –red.) dulu mencoret nama saya karena khawatir. LPI kan tidak di bawah FIFA.
Sebagai pemain sepakbola, tugas saya hanya latihan dan latihan. Siapa sih yang tidak ingin membela tim negara sendiri? Tapi, seumpama saya dan Baihakki Khaizan (pemain Singapura yang juga di Medan Chiefs) benar-benar dicoret, ya terserah mereka.
Punya hobi di luar sepakbola?
Itu tadi, saya suka shopping dan nonton bioskop, terutama film komedi dan roman. Di Singapura, saya sering nonton sama istri. Saya suka film Ayat -ayat Cinta. Saya sampai nangis waktu menontonnya.
Kalau jalan-jalan, saya lebih suka di Bandung saja. Jakarta sebenarnya juga bagus, tapi macetnya minta ampun. Makanya, waktu masih di Persib dulu, kalau ke Jakarta saya pilih Sabtu atau Minggu. Jadi, ketika orang Jakarta ramai-ramai ke Bandung, saya malah ke Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar